"Tarantula" - #02 - First Day


Kira-kira lima menit sesudahnya, Kyle bergegas keluar rumah bermodalkan kaos oblong bertuliskan Star Wars. Yah, Kyle adalah penggemar berat serial film Star Wars. Walaupun masih berusia muda, dia menggilai franchise yang sudah ada 30 tahun yang lalu ini, bahkan dulunya dia memiliki boks set film Star Wars orisinil yang sayangnya harus dia jual karena butuh uang pada saat pertama kali tiba di ibukota. Sesampai di luar gang-nya, Kyle harus memanggil taksi karena begitu buru-buru, tidak perduli berapa mahalnya, Kyle tidak mau merusak hari pertamanya di kesatuan barunya ini. Baru dua menit di atas taksi, teleponnya berdering lagi, tapi kali ini dering pesanlah yang ada. "Cepatlah! Darurat," isinya. Pesannya begitu singkat dan padat membuat Kyle semakin bertanya-tanya apa yang terjadi. 
      Untungnya karena jalanan masih sangat sepi karena masih subuh, taksinya tiba di kantor hanya dalam waktu 15 menit. Kyle bergegas turun dan memandangi kantor barunya. Tak tahu harus berbuat apa, Kyle berusaha menghubungi Antonio kembali untuk tahu masuk dari mana, tapi tak ada jawaban darinya. "Lho?" pungkasnya dengan bingung. Daritadi Antonio sendiri yang ngebet dia kemari, sekarang giliran dihubungi, malah tidak ada jawaban. Kyle memberanikan diri melangkah masuk langsung ke pintu utama, dan betapa terkejutnya dia. Seorang pria, berkulit agak cokelat, tinggi sekitar 170cm cukup kurus berdiri di depannya memegang pistol dan diujungnya terlihat kepala Antonio. di mana Antonio terlihat pingsan. Kengerian langsung menggerogoti Kyle melihat ini semua. Apa ini lelucon? Apa ini beneran? Semua pertanyaan itu langsung membayangi pikiran Kyle. 
        "Ada apa ini?" ucap Kyle dengan gugup. 
        "Kau? Kau yang dihubungi tadi?" tanya pria ini. 
        "Y...Y...Ya," katanya dengan gugup.
      "Dengarkan baik-baik, kau akan menuruti apa yang kuinginkan atau akan kuledakkan kepala bosmu ini, mengerti, brengsek?" katanya dengan nada lantang sampai suaranya terdengar satu ruangan besar. Kyle hanya bisa mengangguk, entah ini hanya latihan atau tidak, kedua-duanya tak memberi pilihan bagi Kyle untuk tidak menerima perintahnya. Sebagian besar diri Kyle meyakinkan dirinya kalau ini hanya simulasi, tapi siapa yang tahu . Dengan nada takut Kyle pun menyanggupinya sembari mengutarakan pertanyaan, "Memangnya apa yang mereka perbuat padamu?".
      "Mereka? Tidak... Tidak.. Tidak. Mereka tak berbuat apa-apa. Semua ini karena atasanmu yang sok ini. Gara-gara kelalaiannya, dia menabrak anakku sampai cacat. Dan paling buruknya lagi, dia melarikan diri. Aku menghabiskan satu tahun untuk mencari identitasnya, dan ketika aku menemukannya, betapa kagetnya aku melihat wajahnya terpampang di televisi mempromosikan departemen barunya yang menangani kasus krisis di ibukota. Dalam hati aku berkata, si brengsek ini bahkan tak mau bertanggung jawab atas perbuatannya, bagaimana dia bisa menangani perbuatan orang lain. Yang membuatku semakin terkejut adalah mengapa Antonio 'mengorbankan'-mu padahal dia baru mengenalmu. Dia bisa saja menghubungi siapapun yang dia tahu, tapi dia menghubungimu. Mungkin saja dia tak peduli kalau kau mati, asalkan kau membantunya. Tapi mau bagaimana lagi, kau sudah di sini dan menyaksikan semua ini, jadi mau tak-mau kau harus menuruti perintahku," kisahnya dengan jelas.
       "Kumohon, mungkin ini semua bisa diselesaikan baik-baik," jawab Kyle.
       "Tidak! Anakku cacat seumur hidup karena si brengsek ini!" teriak pria ini.
       "Oke, oke. Apa yang kau inginkan?" tanya Kyle.
       "Mudah, bawakan aku uang 100 juta cash dalam waktu 2 jam. Aku tak peduli kau ambil darimana, mau ambil dari rekeningnya bisa, mau dari rekeningmu terserah. Kau mau mencuri pun aku tak peduli, yang penting uang itu harus ada dalam waktu dua jam, kalau tidak isi otak Antonio akan berserakan di kantor ini, dan saat anggota lain masuk kantor, mereka akan menemukan betapa merahnya ruangan ini. Dan sekali lagi jangan coba menipuku, atau melapor polisi, karena kalau aku mendengar sirene atau siapapun selain kau ke sini, akan langsung kumuntahkan peluru dari pistol ini menembus kepala bos barumu ini." jelasnya.
       "Tapi aku tak tahu mau dapat uang darimana?" katanya.
       "Aku tak peduli, brengsek. Tadi sudah kubilang! Sekarang pergi, Cepat!" teriaknya.
       Kyle pun terpaksa bergegas pergi dengan penuh perasaan takut. Apa yang harus dia lakukan? Apa yang harus dia perbuat? Tidak ada satupun solusi yang terlintas di pikirannya. Inikah yang akan menjadi hari-hari barunya. Betapa dia merindukan kerjaan lamanya, mengatur lalu lintas, menilang pelanggar dan selesai. Tidak ada hal-hal yang terlalu berbahaya dari sana, tapi ini, berbanding 180 derajat dari sebelumnya. Baru hari pertama, dia sudah mendapat kengerian gila. Belum lagi ini masih jam 5 pagi, dari mana dia bisa mendapat uang sebanyak itu. Tabungannya saja tak sampai 10 juta. Dia pusing tujuh keliling, mau menghubungi rekan barunya di kesatuan ini dia tak tahu siapapun.
        Dia baru tersadar bahwa selama tadi handphonenya dalam posisi mode kamera, dan sepanjang percakapan mereka, kameranya merekam segalanya termasuk wajah sang pelaku. Mungkin dia harus berterima kasih pada kantung bajunya yang pendek sehingga saat ditaruh, ponselnya menjulur keluar kantungnya. Kyle melihat ini sebagai kesempatan besar. Dia punya barang bukti, tapi kalau dia melaporkan ke polisi, Antonio akan langsung dibunuh. Oleh karena itu, Kyle berusaha mencari tahu tentang identitas pelaku ini. Pergilah dia ke rumah kawannya Jonathan. Jonathan memang pernah kuliah jurusan teknisi komputer selama 3 tahun di kota kelahirannya. Mungkin saja dia bisa membantu melacak identitas pelakunya ini. Untungnya jarak rumah Jonathan dekat dengan kantor itu.
        "Jon... Jon!!" teriaknya sambil menggedor pintu denga keras.
        "Kyle? Ngapain kau sepagi ini," jawabnya sembari membuka pintu.
        "Aku butuh bantuanmu, ini darurat abis. Bosku meregang nyawa," katanya.
        "Apa? Apa maksudmu?" kata Jonathan dengan kaget.
     Kyle kemudian menceritakan kejadian yang ia alami tadi kepada Jon. Begitu kaget mendengarnya, Jon kemudian menyetujui untuk membantunya. Setelah memperlihatkan video tersebut, Jon berusaha mencari tahu identitasnya berdasarkan pengenalan wajah pelakunya. Pencariannya tentunya membutuhkan waktu yang lama. "Kyle, kalau ini tidak berhasil, dari mana kau akan dapat uang?" katanya. Kyle sempat melupakan itu tadi dan tersadar kembali setelah ditanya. Kembali rasa ketakutan itu merasuki Kyle. "Apa yang harus kulakukan?" katanya sembari sedikit menangis.Setelah 20 menit pencarian, akhirnya ditemukan bahwa nama pelakunya adalah Riz. "Riz? Nama macam apa itu?" kata Jon. "Coba sekarang cari tahu tentang anaknya," kata Kyle.
     "Tunggu, nah. Di sini dikatakan bahwa dia memiliki putra bernama Andre. Dia mengalami cacat permanen setelah mengalami kecelekaan pada bulan Desember tahun lalu. Di sini dikatakan Riz melihat mobilnya bertipekan Toyota hitam. Riz pun sempat melihat platnya namun cuma setengah awal saja F23." kata Jon. Tak berselang lama, ponsel Kyle berdering dengan keras. "Halo?" angkatnya. "Bagaimana, kau sudah dapatkan uangku? Ini sudah hampir sejam," jawab Riz. "Be... Bee... Belum...", jawab Kyle dengan gugup. "Cepatlah, brengsek. Kau tak mau lihat apa akibatnya kalau kau gagal," katanya dengan nada gusar. Telepon langsung ditutup. Jonathan langsung menyela bicara, "Kita bisa lakukan pencarian berdasarkan tipe mobil dan plat yang kita tahu, paling tidak itu bisa memperkecil pencarian." Kyle menyetujuinya.
        "Oke di sini aku dapat 4 kecocokan mobil Toyota dengan 3 plat depan F23. Dua lelaki dan satu perempuan. Kita bisa mengeliminasi perempuannya. Yang tersisa adalah Bernie Williams dan Donald Anderson," katanya. "Kedua-duanya tidak ada yang cocok," kata Kyle. "Siapa nama bosmu?" tanya Jon. "Antonio," jawab Kyle. "Antonio siapa?", lanjut Jon. "Entahlah, hanya Antonio yang kutahu," lanjut Kyle. Tapi tiba-tiba Kyle tersadar bahwa Antonio pernah menyelipkan kartu namanya di kantung bajunya kemarin sewaktu perkenalan. "Tunggu sebentar. Kayaknya aku tahu. Ini dia, Antonio Anderson," jawabnya. "Anderson? Berarti mungkin dia ada hubungan dengan Donald Anderson. Mari kita telusuri yang ini, F235G," pungkasnya.
        "Wow. Ini foto Donald? Dia mirip sekali dengan Antonio." kata Kyle.
       "Jangan-jangan mereka kembar. Mungkin saja itu menjelaskan segalanya. Donald yang menabrak anak Riz, tapi Riz menduga itu perbuatan Antonio. Kawan, kau bisa meluruskan ini," kata Jon dengan nada sedikit semangat. Tetapi terlintas di dalam pikiran Kyle, pikiran yang sudah melayang kemana-mana dari tadi, bahwa sama saja Donald kan anggota keluarganya, jadi tidak ada bedanya, dia tetap membuat dia cacat. "Wow," sela Jon dengan keras. "Ada apa?" tanya Kyle.
       "Di sini dikatakan Donald meninggal bunuh diri dengan mobilnya. Pada Desember lalu, dia diketahui mengendarai dengan kecepatan tinggi dan sengaja mengarahkan mobilnya ke jurang, dan mayatnya ditemukan dalam kondisi hancur. Mungkin saja..." kata Jon. Tak terasa hampir dua jam, Kyle tak punya pilihan lain selain membawa data-data itu pada Riz. Dia tak punya uang, tak tahu harus berbuat apa. Bergegaslah dia kembali ke kantor. Sesampainya dia langsung diberi tatapan berat oleh Riz yang melihatnya tidak membawa uang apapun.
       "Tunggu dulu, aku punya sesuatu yang lebih penting daripada uang yang kau cari." pungkas Kyle. "Tak ada yang lebih penting sekarang," teriak Riz. "Ini aku ada bukti kalau yang menabrak anakmu bukanlah Antonio, tetapi kakak kembarnya, Donald. Bahkan setelah menabrak anakmu dia mungkin merasakan penyesalan besar dan membunuh dirinya dengan menjatuhkan diri beserta mobilnya ke jurang." ungkapnya. "Itu tak masuk akal, aku melihat sendiri mobil itu baik-baik saja. Kau jangan berbohong." katanya. Riz yang semakin geram dan pusing membuka plester mulut Antonio yang menyadarkannya. "Bangun kau, brengsek. Ceritakan yang sebenarnya, Sekarang!", teriaknya. 
       "Itu benar. Aku tak ingin memberitahu yang sebenarnya karena aku tak ingin nama alm. kakakku semakin rusak. Dia sudah tenang di atas sana, aku tak mau menambah lukanya. Jadi aku mengakui itu kesalahanku. Tolong, kami tak punya uang yang banyak. Maafkan perbuatan kakakku." katanya dengan wajah memelas. "Aku tak peduli. Kalian sama saja, dan sekarang kau akan mati, di depan anak buahmu ini," teriak Riz. Riz dengan sigap mengeluarkan pistolnya dan membuka pengaman, menaruh jarinya pada pelatuk. Sebelum bisa melepaskan tembakan, terdengar suara tembakan keras yang langsung mengenai kepala Riz. Ternyata Jonathan-lah yang melepaskan tembakan dari belakang. Riz tergeletak kaku. Ada rasa kelegaan dari diri Antonio tapi dia juga takut bahwa masalah ini akan berbelit-belit, maka dari itu, Antonio langsung berkata pada mereka berdua, kalau kalian berdua tak melihat kejadian ini. "Aku yang menembak nya, aku seorang diri. Biar aku yang bertanggung jawab. Kalian pergi saja," kata Antonio dengan tegas.
      Dengan perasaan takut, Kyle dan Jonathan bergegas pergi dan berusaha melupakan kejadian mengerikan tadi. "Kamu dapat darimana senjata ini?" tanya Kyle. "Aku memilikinya sejak usia 13 tahun, Kyle," jawab Jon. Ternyata Jonathan adalah tipe prajurit yang sigap, tak takut pada saat krisis. Sayangnya sikapnya yang korup membuat Kyle selalu memandangnya sebelah mata. Tapi tetap saja ada rasa takut yang menghantui Jonathan setelah melepaskan tembakan tadi, karena yah, Riz juga tak sepenuhnya salah, karena dia hanya ingin membela kepentingan anaknya. Dan sekarang anaknya yang malang itu semakin berduka, sudah kehilangan kakinya, sekarang malah kehilangan ayahnya. Kyle pun juga pulang dan masih trauma, serta memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Dia takkan jadi bertugas di sana atau bagaimana.
~~
er1ck9
Share on Google Plus

About er1ck9

Penulis Amatiran yang Mencoba Berbagi Kisahnya

0 komentar :

Posting Komentar